LONCOM
Karya Annies Arbiana Ikhwati
Wali dari Luqman Janapriya Kelas VII A
Sudah menjadi kebiasaan sekarang, bahwa setiap kelompok pasti punya grup WA. Entah itu wali murid sekolah baik mulai dari TK hingga sekolah menengah atas. Mulai dari grup wali santri ngaji, grup Rukun Tetangga (grup RT), grup alumni sekolah, grup emak2 kece , grup pejuang rupiah, grup motor klasik dan masih banyak grup grup WA yang lain.
Tak terkecuali , sang penulis juga memiliki beberapa grup.
Salah satunya adalah grup aluni SMANSA SUTOJAYAN.
Grup bertujuan saling memberikan informasi, saling memberikan tips, bertanya kabar anak anak sekolah dimana, kadang untuk mencari alternatif menu masakan, juga bertanya di grup.
Seperti yang terjadi mungkin hampir 2 tahun yang lalu.
Kala itu saling bercerita tentang menu masakan.
Ada yang masak nasi pecel dengan lauk tempe hangat dan rempeyek kacang, ada yang jangan kulit benguk dengan lawuh gerih kedo, dan yang menjadi penasaran penulis adalah, salah satu alumni , sekarang rumahnya di Tulungagung. Dia bercerita, bahwa tadi pagi ngandok di warung loncom. Kami semua penasaran dan bertanya pada teman itu.
“Yul, sega loncom ki jenise menu piye? ” Tanya teman asli lodoyo.
” Loncom ki jangan bening kangkung, lawuhe trasi dele” jawab yuli
” Terus bumbune loncom kui apa?” Pertanyaan selanjutnya untuk yuli
” Palingo brambang bawang, embuh ya, aku ya nggak eruh” , jawab yuli., yang asli anak Selopuro.
Pertanyaan tinggalah pertanyaan. Namuun masih penasaran, karena misteri belun terpecahkan.
Saat pulang wawancara, santri yang akan masuk pondok modern Darul Hikmah Tawangsari Tulung agung, terlihat disebuah warung, dekat pintu gerbang belakang pondok, dipinggir sungai dekat jembatan, ada tulisan menu, soto dan loncom.
Ah suatu saat perlu dijajal menu loncom ini.
Saat itu setelah mengantarkan anak balik ke pondok, setelah masa liburan semester ganjil, berhenti di samping warung, dan memesan 1 porsi nasi loncom. Kangkung dan nangka muda isiannya, ditambah sambal tomat dengan lauk trasi dele. Sambil menikmati pemandangan sungai, dan hembusan angin semilir, seporsi nasi loncom dimakan berdua, selain menambah rasa nikmat, menambah romantis, juga mengirit pengeluaran.
Cuaca panas terik melanda daerah lodoyo dan sekitarnya. Berhari hari tidak hujan. Sehingga berkeinginan makan dengan sayur yang segar. Teringatlah dengan loncom. Langsung tak tik tak tik, menyusuri gugel, menu masakan loncom. Ada beberapa resep. Dan akhirnya dipilihlah resep dari mbak Dian. Resep loncom terdiri dari bawang merah, bawang putih, kencur, daun jeruk, kangkung dan laos.
Dieksekusi semua bahan bahan. Tara jadilah loncom kangkung dan jamur.
Ahad kemarin, waktunya sambangan. Penulis mendengar bahwa mbak mbak yang jualan minuman prebiotik itu asli Mangunsari.
” Mbak, ngapunten, loncom niku asli Tawangsari Napa Mangunsari?” Tanya penulis
” Tawangsari kalih Mangunsari, sami sami sering masak loncom”. Jawab beliau.
“Keranten jenengan asli mriki, kula bade taken, sakjane resepe loncom niku napa mawon?” Tanya penulis lagi.
“Lek tiyang mriki biasane bawang, kencur, godong jeruk, uyah, laos, ditambahe tempe bosok, jian suedep” terang beliau.
” O, dadi mboten di paringi brambang nggih? Trus sambele ingkang pas, sambel Napa?” Kejar penulis
“Kula remenane sambel bawang, bawang lombok digongso, diulek, dikeceri banyu jeruk, wih jian mak nyus” sambil mengacungkan jempol, tanda nikmat sekali.
Ah, suatu saat, jika alam sudah mentakdirkan, akan kucoba memasak LONCOM lagi
