TAHWA

TAHWA

Karya Annies Arbiana Ikhwati

Wali dari Luqman Janapriya Kelas VII A

“Mas, mengke kula jenengan dugekne tg Blitar kota nggih, tumbas blouse batik” pintaku pada suami sambil menyapu lantai ruang tengah.

” Oke, isuk wae dik. Bar duhur sanuke udan” jawab suamiku sambil memandangku

“Ya aja enjing-enjing ta, umbah2 e lo dereng mantun” jawabku

“Ya jam 9 po jam setengah 10 ngunu lho maksudku”

Setelah menyelesaikan nyuci baju, dan nyuci piring sehabis sarapan, lanjut mandi, pakek sabun mandi biar wangi dan tidak lupa menggosok gigi.
Tapi habis mandi, tidak menolong ibu, membersihkan tempat tidurku. Karena bantal gulingku tidak bau pesing….
Lha kan bacanya sambil nyanyi lagu bangun tidur ke terus mandi….

Jam 09.10 kami berdua berangkat, dengan naik kuda besi tanpa pelana. Setengah jam kemudian kami sampai di Blitar kota. Kota Patria, sebutannya. Kami memilih milih baju batik. Trik memilih baju ala aku…
Pilih yang bagus, yang cocok warnanya..lalu buka bandrol harganya, kalau harganya diatas 150k, letakkan kastok digantungan, kita pilih lagi… Cari di barisan baju, yang angkanya di bawah 150k, kemudian baru pilih warna dan model yang kita inginkan.
Kurang satu jam selesai, bayar di kasir, sudah cocok antara warna, model, dan harga.

“Dik, penake nekdi neh iki, mumpung urung udan?” Tanya suamiku sambil memasang helm.

” Dateng alun alun mawon mas, view ne sae damel piknik kalih damel poto” Jawabku.

Berjalan menuju alun-alun kota Blitar, mencari parkiran di timur alun-alun. Kami berjalan jalan berdua. Karena katanya berjalan berdua suami istri bisa meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang. Poto jeprat jepret, kalau dilihat nggak cantik, poto lagi. Wong poto nggak perlu beli film dan cuci cetak. Sehabis itu beli es teler 1 mangkuk, dan beli bakso rejeki 1 mangkok. Bakso rejeki itu bakso paling favorit di alun-alun. karena rasanya yang maknyus.
Minum es semangkuk berdua, makan bakso semangkuk berdua, agar romantis. Karena romantis dengan suami istri katanya sunnah.

“Piye, iki trus nekdi, mumpung tas manjing duhur” tanya suamiku

“Tumbas TAHWA mawon mas, mumpung sik yah menten, gek mumpung tg Blitar yah menten”, jawabku.
Aku di area Blitar masih menemukan 1 tempat penjual TAHWA. Adanya hanya siang hari, itupun kadang jam 2 sudah habis. Dan kami jarang sekali ke kota, apalagi siang hari.

Melewati depan stasiun Kota Blitar, ke barat, notog, pertigaan ke kiri/ke selatan. Melewati rel kereta api, di selatannya mustika, depannya pasar templek, tempat penjual TAHWA mangkal.
Alhamdulillah penjualnya masih ada, dengan khas sepeda dan rombongnya bertuliskan TAUA, KEMBANG TAHU.

“Pak, tahwa ne tasik” tanyaku pada pak penjual

“Ngersakne pinten?”

“7 bungkus pak, Tasik cekap ta?”

“Tasik, kok mundut kathah men?”

“Nghih, lha serumah tiyange sekawan, gek rencang nitip, lek cetukan pak TAHWA ken numbasne, gek mumpung tg Blitar”

“Daleme pundi ta mbak”

“Lodoyo, pak”

” Wah nghih radi tebih’

” Nghih, gek mboten mesti tg Blitar, siang hari”.

Pak penjual TAHWA membungkuskan pesanan kami.

TAHWA adalah minuman, berkuah air gula jahe panas seperti kuah ronde, tetapi isiannya tidak sama dengan ronde. Kalau TAHWA isiannya adalah sari kedelai atau sari tahu. Jadi banyak kandungan yang didapat di TAHWA. INGIN TAHU apa itu TAHWA dan apa kandungannya, mangga silahkan nyuwun pirsa dateng mbah gugel nggih….
☺☺☺☺☺☺☺

Leave a Reply