Mari Mengambil Kapak Kita

Mari Mengambil Kapak Kita

Karya Wanda Ethavia Yahya

Satu hal yang menarik dari pembahasan ini adalah pentingnya memilih sudut pandang yang tepat dalam melihat, memaknai, dan menyikapi hidup. Sebab, sudut pandang tersebut akan sangat berpengaruh terhadap cara kita bertindak.

Kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi menjadi suatu keharusan. Berpikir positif serta melihat sesuatu secara menyeluruh akan membantu kita dalam mengambil keputusan yang lebih bijak. Sebaliknya, saat emosi tidak stabil, persepsi kita cenderung menjadi kabur, sehingga menghasilkan pemahaman yang kurang tepat terhadap suatu keadaan.

Persepsi sendiri merupakan salah satu faktor psikologis yang berperan dalam pembentukan perilaku seseorang. Persepsi bisa bersifat positif ataupun negatif. Persepsi positif ditandai dengan rasa senang dan penerimaan, sementara persepsi negatif sering kali melahirkan ketidakpuasan dan penolakan.

Penting untuk disadari bahwa persepsi akan mempengaruhi tindakan kita, karena apa yang kita yakini dan pikirkan berulang-ulang akan membentuk kenyataan dalam hidup kita. Pikiran membentuk sudut pandang, dan apa yang kita yakini akan mewujud menjadi pengalaman nyata. Jika kita terus-menerus membayangkan hal-hal buruk, maka kemungkinan besar hal-hal tersebut yang akan datang dalam kehidupan kita. Sebaliknya, jika kita membangun keyakinan yang baik dan positif, maka hidup kita akan bergerak ke arah yang lebih baik.

Kita diajarkan untuk selalu berprasangka baik serta menggunakan akal untuk memaknai setiap detik kehidupan. Allah telah menganugerahkan kemampuan berpikir agar kita tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. Luangkan waktu untuk memahami sesuatu lebih dalam, maka kita akan menyadari bahwa segala sesuatu tidak selalu seperti yang tampak di permukaan. Kesadaran ini akan membangun sikap kritis, yang menjadi sangat penting terutama di zaman sekarang, di mana informasi berlimpah namun tidak semuanya dapat dipercaya.

Mari kita terus berbenah, mengambil “kapak” masing-masing, dan mulai menghancurkan “berhala-berhala” yang mengungkung diri kita. Berhala seperti apakah yang dimaksud? Bisa jadi itu adalah berhala kepalsuan, egoisme, kedangkalan berpikir, keyakinan yang menyesatkan, atau apa pun yang menghambat pertumbuhan jiwa dan intelektual kita. Dengan “kapak spiritualitas-intelektualitas,” kita dapat bekerja dan berusaha sebagai bentuk kesyukuran atas anugerah kehidupan yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa.

Tugas kita adalah terus berusaha, terus belajar, dan terus memperbaiki diri, hingga suatu saat nanti tiba waktunya bagi kita untuk kembali kepada-Nya.

#Isy_Ka
Secuil telaah Buku Filsafat untuk Pemalas

Leave a Reply